WARTA KOTA, PALMERAH – Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono mengapresiasi pernyataan Menko PMK Puan Maharani, yang meminta seluruh partai politik menyelesaian konflik secara kekeluargaan.
Hal ini terkait komentar Puan menanggapi aksi saling lapor politikus yang melibatkan Arief Poyuono dan Ketua Fraksi NasDem DPR Viktor Laiskodat, di Istana Wakil Presiden Jakarta, kemarin.
Arief menyebut pernyataan putri Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri ini sebagai wujud nyata bahwa Puan seorang Pancasilais.
Baca: Dulu Mencaci, Arief Poyuono Kini Sanjung Jokowi Setinggi Langit
“Puan politisi berbudi luhur dan Pancasilais, darah Soekarno mengalir pada diri Puan Maharani. Saya sangat menghargai beliau yang sangat bijaksana sebagai seorang politisi,” kata Arief lewat pesan singkat kepada wartawan, Kamis (10/8/2017).
Menurut Arief, sosok seperti Puan seharusnya dijadikan sebagai teladan dalam perpolitikan di negeri ini.
Dirinya menilai, Puan mengedepankan esensi dari Pancasila dalam menyelesaikan sebuah perbedaan di antara anak bangsa, utamanya dalam hal berpolitik untuk membangun persatuan dan kesatuan.
Baca: Sempat Getol Mencaci Lalu Mendadak Puji Jokowi, Arief Poyuono: Saya Bicara Fakta
“Dia menjadi seperti oase di antara kehausan saling cakar antar-politisi, antar-partai, antar-organisasi dan ideologi. Dia menjadi menjadi contoh. Dia tidak dengan congkak menilai orang seperti saya yang dianggap salah mutlak. Dia tidak dengan mudah menguliti Victor Laiskodat dan saya, layaknya seperti daging busuk,” paparnya.
Sebelumnya, Puan meminta agar pengurus dan kader partai politik di Indonesia tidak mudah terpancing emosi.
Menurutnya, penyelesaian masalah dengan kekeluargaan harus didahulukan, jika ada masalah yang ditimbulkan akibat salah paham.
Baca: Salut! Petugas Cleaning Service Ini Sabet Gelar S2 di Kampus yang Dia Bersihkan Tiap Hari
“Musyawarah mufakat dulu lah,” ujarnya.
Puan juga memberikan saran agar ada pernyataan di publik terkait kesalahpahaman yang terjadi, sehingga tidak menimbulkan kegaduhan lebih lanjut.
“Bahwa kemudian harus ada pernyataan di publik, berkaitan, misalnya pernyataan maaf karena suatu hal yang dilakukan di depan publik. Tapi paling tidak persoalan itu kita coba selesaikan dengan kekeluargaan. Saya berharap sih berkepala dingin. Tidak emosional lah, gitu ya,” saran Puan. (*)