WARTA KOTA, BANDUNG — Dosen Psikologi pada Fakultas Piskologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Dr Hj Ulfiyah M.Si, mengemukakan, hasil riset yang pernah dilakukannya menunjukkan keterpaparan seseorang oleh paham radikal terorisme terjadi di luar rumah.
“Untuk mengantisipasi hal (keterpaparan–red.) seperti itu terus terjadi, dibutuhkan peran perempuan yang kuat di dalam keluarga,” kata Ulfiyah dalam kegiatan ‘Rembuk Kebangsaan” yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Barat, di Bandung, Rabu (16/8/2017).
“Ibu adalah madrasatul ula, sekolah pertama bagi anak-anaknya dan anggota keluarga lainnya,” tutur Ulfiyah dalam paparannya.
Ungkapan itu mengingatkan para peserta pada penggalan larik sebuah syair Arab: ‘Al-ummu madrosatul ula’, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq. (Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka telah kau persiapkan generasi terbaik –red).
“Oleh karena itu kaum ibu harus bisa menjadi benteng yang tangguh untuk mengantisipasi anak dan anggota keluarga terpapar paham radikal terorisme,” kata Ulfiyah dalam acara keguatan bertajuk “Rembuk Kebangsaan: Perempuan Pelopor Perdamaian” yang diikuti 75 orang dari berbagai latar belakang.
Dalam konteks tersebut, lanjut Ulfiyah, perempuan sebagai Ibu didorong tidak sebatas menjadi ‘pemadam kebakaran’, menasihati ketika anak sudah terpapar, melainkan sejak awal membekali anggota keluarganya dengan pemahaman yang baik tentang bahaya paham radikal terorisme.
“Karena itulah penting bagi ibu-ibu untuk meng-upgrade pengetahuannya. Ibu juga memiliki hak yang sama dengan bapak-bapak untuk menuntut ilmu, memiliki bacaan yang luas, dan mengikuti metode pembelajaran lainnya,” tegasnya.
Menanggapi paparan Ulfiyah, Imas Rosidawati yang juga guru besar pada Fakultas Hukum Universitas Islam Nusantara (UNINUS), Bandung mengemukakan, sehebat apapun peran perempuan di luar rumah, kodrat utamanya tetaplah ibu di dalam rumah.
“Seperti saya, jabatan sebagai guru besar bagi saya adalah profesi. Kodrat saya sebagai perempuan adalah ibu bagi anak-anak saya di rumah, yang oleh karena itu saya memiliki kewajiban utama melindungi mereka dari pengaruh negatif di luar rumah,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan seorang peserta yang mewakili Badan Kesbangpol Jawa Barat. Dikatakannya, kondisi radikalisme dan terorisme di Jawa Barat saat ini sangat mengkhawatirkan. Untuk mengatasinya sangat dibutuhkan antara lain peran kaum perempuan.
“Kita sama-sama mengetahui, baru kemarin ada tiga orang di Antapani ditangkap karena diduga akan meledakkan bom di Istana Negara,” tuturnya.
“Ini kondisi yang sangat mengkhawatirkan, karena lagi-lagi terungkap warga Jawa Barat terlibat terorisme. Kita sebagai perempuan harus terlibat mengatasi ini,” ujarnya. (wip)