WARTA KOTA, PALMERAH-Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar Festival Dandang Sewu di Dusun Tegalpakis, Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Jumat (4/8/2017).
Ribuan orang memadati tempat acara yang dikenal dengan lingkungan Sayangan yang menjadi salah satu sentra kerajinan peralatan dapur yang terbuat dari alumunium.
Di industri kerajinan yang berada di jalan lintas perbatasan dengan Kabupaten Jember ada sekitar 60 rumah yang menjual alat-alat masak seperti tudung saji,gelas, wajan, dandang, oven, cetakan kue dan alat masak lainnya.
Pada acara tersebut juga ditunjukkan kepada pengunjung proses pembuatan alat dapur dari aluminium seperti dandang, loyang dan lain-lainnya.
“Ini pertama kalinya Festival Dandang Sewu digelar. Ini adalah salah satu cara untuk mendukung adanya desa-desa yang mandiri dan berdaya seperti ini. Di Sayangan hampir seluruh warganya jadi perajin peralatan dapur. Menarik sekali. Maka kami akan dorong agar produk-produk mereka bisa mendapatkan pasar yang lebih luas. Salah satunya, kita kenalkan produknya melalui festival semacam ini,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Dia juga berharap nantinya akan banyak wisatawan yang berkunjung ke wilayah Sayangan. Bukan hanya untuk membeli peralatan masak tapi juga ikut membuat kerajinan di rumah warga agar wisatawan mendapatkan pengalaman baru.
“Saya berharap semoga di wilayah Kalibaru homestay-homestay yang dikelola oleh masyarakat tumbuh. Apalagi kopi dan makanan-makan lokal di sini sangat enak. Pemandanganya bagus, udaranya sejuk.Wisatawan yang datang pasti suka,” kata Anas.
Lingkungan Sayangan mulai dikenal sebagai industri kerajinan pembuatan alat dapur sejak tahun 1960-an. Awalnya, ada pendatang dari Madiun yang tinggal di wilayah Sayangan membuat peralatan dapur dari drum bekas. Lalu dia mengajak mayarakat untuk bekerja bersama-sama.
“Yang mengawali kerajinan di Sayangan namanya Pak Godil. Beliau kemudian menularkan kemampuannya ke orang-orang sini. Salah satunya ya saya ini sama babap. Dulu masih banyak yang buat di rumah-rumah, tapi sekarang jumlahnya semakin sedikit. Paling tinggal belasan orang yang masih membuat kerajinan. Lainnya hanya jualan,” kata Syamsul Arifin (59), salah satu perajin di Sayangan.
Dia mengaku sudah membuat kerajinan dari alumunium sejak tahun 1973. Saat itu dia mendapatkan upah Rp 100 untuk membuat satu dandang. Untuk satu drum bekas bisa menjadi lima dandang ukuran 2 kilogram.