WARTA KOTA, KRAMAT – Kelompok dalam Islam yang mendukung cara-cara kekerasan seperti yang dilakukan oleh kelompok penebar teror saat ini, menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, sudah ada sejak awal Islam berdiri,
Kepada wartawan di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (7/7/2017), ia mengatakan kelompok tersebut disebut sebagai kelompok ‘khawarij’ atau yang artinya ‘mereka yang keluar’. Kelompok tersebutlah yang membunuh Sayyidina Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat.
“Yang bunuh Sayyidina Ali namanya Abdur Rahman bin Muljam, yang hafal Quran, yang jidatnya hitam, kurus, puasa setiap hari, (salat) sampai jidatnya hitam, gamisnya setengah kaki, cingkrang,” tuturnya.
Baca: Advokat Cinta Tanah Air: Rizieq Shihab Patriot, Bukan Penakut
Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah menantu sekaligus sahabat Nabi Muhammad SAW. Ia merupakan Khalifah keempat, yang akhirnya terbunuh setelah ada pertentangan di antara pemimpin muslim saat itu. Pembunuhnya adalah orang yang bertentangan secara pemikiran dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
“Tahun empat puluh hijriah terjadi (peristiwa) sangat menggemparkan, terbunuhnya Sayyidina Ali, tokoh, sahabat, (rasul), yang berjasa besar dalam dunia Islam,” katanya.
“Dibunuh oleh orang yang namanya Abdur Rahman bin Muljam, orangnya ahli salat, ahlli puasa, hafal Alquran,” imbuh Said Aqil.
Baca: Tjahjo Kumolo: Ada Dekan yang Mau Dilantik Jadi Rektor, Baru Ketahuan Penganut ISIS
Ia menegaskan, dalam Islam tidak ada ajaran untuk memberikan toleransi kepada tindakan-tindakan kekerasan, seperti yang dilakukan para pendukung kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Jika ada yang melakukan hal tersebut, menurut Said Aqil Sira, itu bukanlah ajaran Islam.
“(terorisme) bertentangan dengan Agama Islam. Demi Allah, saya ngomong demi Allah, Islam tidak mengajarkan menolerir kekerasan, apalagi membunuh,” tegasnya. (*)
